BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya. Manusia belajar dengan otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti.
Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap serta tingkah laku seseorang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan. Proses menunjukan adanya aktifitas dalam bentuk tindakan aktif dimana terjadi suatu interaksi yang dinamis dan dilakukan secara sadar dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu tindakan pendidikan maka harus terencana dengan sadar agar terjadi perubahan dan tingkah laku yang lebih baik.
Pendidikan juga merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain, pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada intinya filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia dan peningkatan kehidupan manusia.
Dalam proses pelaksanaannya, baik secara teoritis maupun praktis pendidikan sangat memerlukan adanya sebuah landasan atau tumpuan untuk berpijak. Hal ini dikarenakan bahwa pendidikan tidak akan pernah berhasil secara maksimal tanpa adanya tujuan, sedangakan tujuan tidak akan pernah tercapai dan terarah tanpa adanya landasan atau dasar yang kuat.
Salah satunya landasan yang sering digunakan dalam suatu lembaga pendidikan yaitu landasan filosofi, yang mana landasan ini berkaitan erat dengan hakekat atau makna pendidikan tersebut. Dalam hal ini filsafat digunakan sebagai salah satu alat untuk menjadi suatu landasan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari landasan filsafat pendidikan?
2. Apa saja objek filsafat pendidikan?
3. Apa saja tujuan filsafat dalam teknologi pendidikan dan bagaimana aplikasinya
dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan
Filsafat
Falsafat adalah kegiatan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh, serta wujud hasil pemikiran tersebut mengenai kesemestaan sesuatu. Atau rangkaian pernyataan yang didasarkan pada keyakinan, konsepsi dan sikap seseorang, yang menunjukkan arah dan tujuan yang diambilnya.
Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian kaidah atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran.
Landasan filsafat merupakan landasan yang berkaitan erat dengan makna atau hakekat pendidikan.karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan itu sendiri berusaha mewujudkan citra. Filsafat juga berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan.
Filsafat juga membahas sesuatu dari segala aspek yang mendalam, maka dikatakan kebenaran fisafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangakan melalui serangkaian proses pendidikan baik yang berwujud ideal atau kelakuan dan teknologi.
Filsafat dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan, atau dapat dikatakan sebagai teori yang dipakai dasar bagaimana ”pendidikan itu dilaksanakan” sehingga mencapai tujuan (Dewey, 1946: 383). Oleh karena itu, sebagai sebuah ilmu teknologi pendidikan juga memiliki landasan. Salah satunya adalah landasan filosofis yang dapat dikaji melalui tiga kajian filsafat yaitu ontologi yang mewakili pertanyaan ”apa?” atau ”mengapa?”, epistimologi yang mewakili ”bagaimana?”, dan aksiologi ”untuk apa?”.
B. Objek Filosofis Pendidikan
Dalam menjawab landasan filosofis teknologi pendidikan, maka perlu dijawab tiga hal, yaitu ontologi (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa). Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan tentang objek formal atau pokok telaah yang merupakan gejala pengamatan yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistimologi yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan; aksiologi adalah nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan keindahan atau estetika.
a. Ontologi
Obyek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia. Belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai perubahan pada diri seseorang atau suatu lembaga yang relatif menetap dan berkembang dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang disebabkan karena pemikiran dan pengalaman. Belajar itu terjadi dimana saja, kapan saja, apa saja, dari apa atau siapa saja, dan cara bagaimana saja.
Setiap orang mempunyai hak untuk belajar. Belajar selain dapat diperoleh dari lembaga khusus seperti sekolah, lembaga kursus, juga dapat diperoleh di lingkungan sekitar misalnya di keluarga, masyarakat, tempat ibadah, maupun di lingkungan kerja. Namun, ternyata tidak semua orang terpenuhi kesempatan belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut: di suatu sekolah, dari 40 siswa dengan hanya satu orang guru, hanya beberapa orang saja yang mendapatkan kesempatan belajar dengan baik. Bagaimana meningkatkan keterlibatan belajar semua siswa secara efektif, efisien dan menarik di kelas? Disinilah perlunya teknologi pendidikan di Indonesia.
Kemudian bagaimana menigkatkan kualifikasi 2,2 juta guru di Indonesia melalui cara tertentu tanpa guru tersebut harus meninggalkan kelas? Semua itu membutuhkan peran penting teknologi pendidikan.
Artinya banyak sumber baik orang, pesan, alat, teknik, maupun lingkungan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan atau di optimalkan secara tepat dan relevan tapi belum atau bahkan tidak sepenuhnya seperti itu. Misal, teknologi informasi dan komunikasi seperti radio, televisi, internet, dan lain-lain memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran.
Parahnya dalam konteks pendidikan saat ini, masih banyak sekolah katakanlah yang bersifat teacher-centered, dimana guru adalah satu-satunya sumber belajar. Disinalah letak peran penting atau perlu adanya disiplin ilmu teknologi pendidikan yang berperan dalam mengidentifikasi, merancang, mengembangkan, memanfaatkan, dan mengevaluasi sumber-sumber yang relevan dan tepat untuk kondisi pembelajaran tertentu.
Oleh karena itu, pendekatan isomorfis, yaitu menggabungkan hal-hal yang sesuai dari berbagai kajian bidang kedalam bentuk suatu kebulatan tersendiri untuk memecahkan masalah belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber tersebut.
Apakah obyek penelaahan (ontology) teknologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, Prof. Yusufhadi Miarso menjelaskan adanya masalah-masalah baru, yaitu:
1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, produser media dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televise, radio dan lain-lain), alat (jaringan televise, radio dan lain-lain), cara-cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung.
2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun factual.
3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
b. Epistimologi
Landasan epistimologi menelaah bagaimana suatu ilmu pengetuahuan diperoleh. Pertam-tama yang dilakukan adalah menelaah secara simultan keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya. Kemudian unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kopleks yang sistemik, yaitu yang dirancang, dikembangkan, dinilai, dan dikelola sebagai suatu kesatuanuntuk memecahkan masalah. Fungsi-fungsi tersebut dilakukan dengan digabungkan secara sinergis sehingga masing-masing fungsi tidak berjalan secara sendiri.
Cara memperoleh ilmu pendidikan dalam teknologi pendidikan (epistimologi teknologi pendidikan) dilakukan dengan cara-cara:
a. Isomerik, penggabungan berbagai disiplin menjadi kebulatan sendiri
b. Sistemik, berurutan, terencana, dan terarah
c. Sinergistik, berdaya lipat atau nilai tambah
d. Sistemik , menyeluruh atau komprehensif
e. Inovatif, sesuatu yang baru dan belum ada sebelumnya
f. Integratif, terjalin dalam suatu sistem atau struktur dan tidak terpisahkan.
Bagaimana teknologi pendidikan dikembangkan? Prof. Yusufhadi Miarso menjelaskan tiga pendekatan baru, yaitu teknik intelektual yang unik yang tidak dilakukan oleh disiplin keilmuan yang telah ada sebelumnya, yang merupakan ciri epsitemologi teknologi pendidikan, yaitu:
1. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling keterkaitannya (sistemik), dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah (parsial).
2. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai, dikelola sebagai suatu kesatuan, dn ditujukan untuk memecahkan masalah.
3. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri.
c. Aksiologi
Azas manfaat atau aksio dari teknologi pendidikan dapat dinyatakan dengan kutipan pendapat Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef, dalam Lokakarya Nasional Teknologi Pendidikan di Yogyakarta pada tahun 1982 sebagai berikut:
Teknologi Pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya kebutuhan real yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu :
1. Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa, penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidikan, dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat berbagai bentuk pendidikan serta latihan.
3. Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai tantangan jaman dan kebutuhan pembangunan.
4. Peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan.
5. Penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan pembangunan dimana manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan.”
Pernyataan kebijakan tersebut pada saat ini telah terwujudkan, baik sebagai konsep maupun sebagai bentuk atau pola pelembagaan pendidikan. Konsep tersebut bahkan telah dikukuhkan dengan ketentuan perundangan dan peraturan. Paling tidak ada lima konsep dari teknologi pendidikan yang telah terintegrasi dalam sistem pendidikan dan tertuang dalam Undang-undang Sisdikanas dan tururnannya. Kelima konsep itu adalah :
a. Pembelajaran yang berfokus pada peserta didik
b. Sumber belajar yang beraneka
c. Pendekatan dari bawah (bottom-up approaches) dalam mengelola kegiatan belajar dan implikasinya dalam satuan pendidikan
d. Sistem pendidikan terbuka dan multi makna
e. Pendidikan jarak jauh
Namun perlu diperhatikan bahwa pembenaran secara falsafi, harus pula dilengakapi dengan pembenaran ilmiah. Pembenaran ilmiah dilakukan dengan melalui tiga kategori pendekatan yang berakar pada filsafat ilmu. Ke tiga pendekatan itu adalah pengembangan, penelitian, dan penilaian yang diperlukan untuk menghasilkan teori, model, sistem, pembuktian, program aksi, dan kebijakan.
Kebenaran ilmiah dalam teknologi pendidikan telah dan sedang dilakukan untuk mengembangkan model, produk dan sistem, pengujian berbagai strategi dan media pembelajaran, serta berbagai penilaian seperti penelusuran kebutuhan, penilaian efektivitas tindakan dan sebagainya.
Perlu disadari bahwa semua bentuk teknologi, termasuk teknologi pendidikan, adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk suatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah dalam memperingan masalahnya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Oleh karena itu teknologi itu pada hakekatnya adalah tidak bebas nilai, karena terkandung adanya aturan etik dan estetika dalam penciptaan dan penggunaannya. Namun ada orang-orang tertentu yang menyalahgunakan makna atau penggunannya, dengan menganggap teknologi itu value free atau empty of meaning.
Prof. Yusufhadi Miarso menjelaskan kegunaan (aksiologi) teknologi pendidikan dengan mengutip Presidential Commission on Instructional Technology Amerika Serikat (1969) sebagai beirkut:
1. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan:
a. Memperlaju pentahapan belajar.
b. Membantu guru menggunakan waktunya secara lebih baik.
c. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak.
2. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
a. Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional
b. Memberikan kesepmatan anak berkembang sesuai kemampuannya
3. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan:
a. Perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik
b. Pengembangan bahan ajar yang dilandasi penelitian tentang prilaku
4. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan:
a. Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
b. Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
5. Memungkinkan belajar secara lebih akrab, karena dapat:
a. Mengurangi jumlah pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah
b. Memberikan penegtahuan tangan pertama
6. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan:
a. Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
b. Penyajian informasi menembus batas geografi
Dalam konteks Indonesia, aksiologi teknologi pendidikan dapat dilihat dalam Pidato Pengarahan Mendikbud (1980), Daoed Joesoef, yang menyatakan teknologi pendidikan perlu terus dikembangkan untuk: 1) perluasan dan pemerataan kesempatan belajar; 2) meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidkikan dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat bergai bentuk pendidikan serta latihan; 3) penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai tantangan jaman dan kebutuhan pembangunan; 4) peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan; 5) penyempurnaan pelaskanaan interaksi antara pendidikan dan pembanunan dimana manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan.
C. Tujuan dan Pengimplikasian Landasan Filsafat bagi Eknologi Pendidikan
1. Tujuan
Berikut adalah beberapa kegunaan potensial teknologi pendidikan menurut Miarso:
a. Meningkatkan produktivitas pendidikan
1) Memperlaju penahapan belajar
2) Membantu guru menggunakan waktu secara lebih baik
3) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi
b. Memungkinkan pendidikan yang lebih individual
1) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional
2) Memberikan kesempatan anak berkembang sesuai kemampuannya
c. Memberikan dasar Pengajaran yang lebih ilmiah
1) Perencanaan program pembelajaranyang lebih sistematis
2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku
d. Lebih memantapkan pengajaran
1) Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
2) Penyajian informasi dan data secara lebih kongkret.
e. Memungkinkan belajar lebih akrab
1) Mengurangi jurang pemisah antara pembelajaran didalam dan diluar sekolah
2) Memberikan pengetahuan tangan pertama
f. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata
1) Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
2) Penyajian informasi menembus batas geografi.
2. Aplikasi Teknologi Pendidikan
Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidkan kita analisis, kita akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut:
a. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.
b. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di anataranya.
c. Digunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar.
d. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih dari pada memecahkan masalah secara terpisah.
Adapun bentuk yang sudah jelas merupakan aplikasi dari teknologi pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya adalah sebagai beriut:
a. Terciptanya Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan produk yang dihasilkan oleh pengembangan pengetahuan, hal tersebut merupakan bagian dari tujuan teknologi pendidikan yaitu mengintegrasikan suatu sistem pendidikan sehingga tercapai pendidikan yang berkualitas.
b. Adanya sistem pendidikan terbuka, konsep ini dilakukan karena terdapat beberapa alasan yang menjadi faktor pendukung, salah satu alasan tersebut adalah tingginya kebutuhan akan pengetahuan namun terbatasnya waktu pembelajaran sehingga terbentuklah sistem pendidikan terbuka, seperti SMP Terbuka, SMA terbuka, dan Universitas terbuka.
c. Terciptanya sistem pendidikan jarak jauh. Sistem pendidikan jarak jauh dimaksudkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dari manapun, siapapun dan kapanpun. Sehingga konsep pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi pun dilaksanakan dengan harapan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak mesti antara pendidik dan peserta didik harus bertatap muka secara langsung dalam ruang kelas.
d. Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Konsep PAKEM merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan di Indonesia, hal ini pun merupakan aplikasi produk yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan.
e. Pembelajaran inovatif. Dimaksudkan bahwa pelaksanaan pembelajaran selalu berinovasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi, sehingga tidak ada lagi istilah bahwa pembelajaran hanya terpusat pada guru sebagai pendidik, namun setiap orang wajib memiliki pendapatnya sendiri mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari.
f. Sumber belajar, dengan adanya teknologi pendidikan sumber belajar semakin variatif, tidak hanya sekedar dari buku sekolah, guru, dan terpaku pada sumber belajar yang telah ditetapkan.
g. Partisipasi masyarakat, penerapan teknologi pendidikan membuat masyarakat menjadi paham akan pentingnya peran mereka dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian landasan filsafat
Landasan filsafat merupakan landasan yang berkaitan erat dengan makna atau hakekat pendidikan.Karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan itu sendiri berusaha mewujudkan citra. Filsafat juga berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan.
2. Objek filsafat
Cabang keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan tentang objek formal atau pokok telaah yang merupakan gejala pengamatan yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistimologi yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan; aksiologi adalah nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan keindahan atau estetika.
3. Tujuan dan Pengaplikasian Landasan Filsafat dalam Pendidikan
a. Tujuan
1) Meningkatkan produktivitas pendidikan
2) Memungkinkan pendidikan yang lebih individual
3) Memberikan dasar Pengajaran yang lebih ilmiah
4) Lebih memantapkan pengajaran
5) Memungkinkan belajar lebih akrab
6) Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata
b. Aplikasi pendidikan teknologi antara lain:
1) Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.
2) Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di anataranya.
3) Digunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar.
4) Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih dari pada memecahkan masalah pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Harjali. 2011. Teknologi Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po PRESS
Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta.
Yusufhadi, Miarso. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Pustaka Diknas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar